Tuesday, February 16, 2010

The Punk, a review


Just gimme death..
Or i’ll kill your wife..
Had enough of the social security..
Had enough of life..
I want death..
Yeah, I want death..
Just gimme death!

“Death” by The Sick.
Dikutip dari novela The Punk oleh Gideon Sams.




Ada sebuah fase dalam hidup gw dimana muncul desakan hebat untuk menjadi berbeda.
Desakan ini memang terlalu ekstrem pada awalnya, dan kemudian memengaruhi gw untuk beralih dari mendengarkan top 40 menjadi ketagihan musik berbau punk, fashion punk, dan nyaris menyerempet attitude-nya (untunglah tidak!).

Untungnya keluarga gw ga protes macam-macam. Bahkan ketika melihat gw membeli buku ilmiah “Punk sebagai Suatu Subkultur” dan novel yang akan gw bahas berikut ini, kakak gw malah memberikan buku “Punk Shui” sebagai hadiah ultah ke-17..
Haha.
























Nah, marilah kita beranjak ke novel The Punk, yang ditulis oleh Gideon Sams.
Novel The Punk ini dirilis pada tahun 1977 di UK, dan mulai ditulis saat si Gideon berusia 14 tahun. Bocah punk ini lahir pada tahun 1962 dan memang sejak SD sudah menunjukkan bakat di bidang bahasa. Gideon menulis The Punk sambil menjadi tukang pizza di toko makanan bokapnya, dan sambil mengambil referensi dari majalah NME dan Melody Maker (rasa-rasanya akyu pernah dengar nama band seperti ini......)

Gideon Sams tergolong dalam kumpulan anak muda yang mendewakan Sex Pistols, terutama setelah peluncuran Anarchy in The UK. Selain menjadi tukang pizza, dia juga doyan bermain skateboard, kongkow sekalian mengonsumsi narkotika. Well, well...
Tapi (ga) herannya, niy bocah berumur pendek, Man! Setelah keberhasilannya merilis The Punk yang menjadi inspirasi banyak film, terutama The Punk and The Princess (1993), Gideon wafat dalam usia 26 tahun..Ckckckck...
























Oh,ya..kita belum membahas mengenai plot The Punk.
Btw, bukunya tipiiiss lohh..Hanya ada 58 halaman saja.
Yah, bagaimanapun juga ini adalah novel yang ditulis oleh bocah punk 14 tahun..

Inti ceritanya adalah kisah cinta tragis antara 2 insan punk (apa inii..??).
Well, jujur saja..Tadinya gw pikir ini novel terinspirasi dari tragedi Sid-Nancy..
Tapi setelah dipikir-pikir lebih dalam, ternyata duluan novelnya yang rilis baru Nancy tewas..
Lagian prinsip ceritanya beda koq..

Yah, hiduplah seorang pemuda bernama asli David, kemudian berubah nama menjadi Adolph, di Inggris Raya. Tidak disebutkan bagaimana si Adolph ini awalnya menjadi punk..
Pokoknya dia adalah cowo punk pada umumnya.
Penuh tindikan, rambut gaya bangun tidur, jaket plastik, seringai sinis, mata tajam, dan membenci segala hal di muka bumi ini.

Dalam 58 halaman ini, diceritakan bagaimana Adolph berusaha mencari kerja melalui Bursa Tenaga Kerja demi memperoleh uang sendiri.
Agar ia bisa ngibrit dari kungkungan orangtuanya di rumah.
Agar ia bisa memulai hidup mandiri, jauh dari teriakan ayahnya dan tangisan ibunya.
Akhirnya dia memperoleh pekerjaan di tempat pemotongan ikan..

Adolph memang kurang hoki saat menyadari bahwa ia jatuh hati pada Thelma, cewe Ted (dari kata Teddy Bear) yang cantik dan seksi. Sialnya lagi, Thelma ini adalah pacarnya ketua Ted di London. FYI, kaum Ted itu benci banget sama anak punk..
Tapi untungnya Thelma juga doyan dengan Adolph dan memutuskan untuk putus dengan Ned dan pindah aliran menjadi anak punk.

Namun hari itu..
Ketika Adolph & Thelma bergandengan tangan sepulang nonton konser Sex Pistols..
Mereka tak menyadari bahwa Ned menguntit..
Dan tanpa sengaja, Adolph membunuh Ned..

Kemudian, seperti yang dilakukan pada umumnya anggota gangster..
Teman-teman Ned membalaskan dendam pemimpin mereka beberapa hari kemudian..
Menjelmalah 2 insan punk yang saling mencintai ini menjadi 2 tubuh biru kaku di pinggir jalan London..
Membisu sambil menanti mobil polisi dan ambulans yang akan datang..


Yah, begitulah ceritanya!
Memang tujuannya adalah untuk menggambarkan kehidupan singkat anak-anak punk..
Di sini juga diceritakan tentang hobi mereka untuk saling mencabut tindikan sambil berpogo ria di suatu gig..Dan kebencian mereka terhadap apapun yang berbau kapitalis, termasuk Mick Jagger dan Ratu Inggris..























Maafkan saya sebagai orang awam..
Tetapi mau ga mau, kalo membaca novel ini pasti akan terbayang Sid & Nancy.
Dan mungkin kita akan berpikir bahwa pasangan inilah yang dijadikan model untuk tokoh Adolph & Thelma.
Tapi mungkin memang semua pasangan punk bernasib mirip-mirip itu..



End note :
You were my little baby girl,
And I shared all your fears.
Such joy to hold you in my arms
and kiss away your tears.
But now you're gone, there's only pain.. (siapa pula yang nyuruh bikin Nancy 'gone'?)
and nothing I can do.
And I don't want to live this life,
If I can't live for you.
To my beautiful baby girl.
Our love will never die...

Merupakan bait puisi yang ditulis oleh Sid setelah kematian Nancy.
Dikutip dari buku "And i don;t want to live this life" oleh Deborah Spungen.























Selanjutnya mohon ditunggu review tentang film ini..



















Kalo yang ini, membawakan atmosfer punk yang lebih menyenangkan dan positif.
Gw sejak baca komiknya Mito Orihara jadi suka sama Blue Hearts..
Makin suka setelah nonton Linda! Linda! Linda!..

No comments: