Thursday, May 16, 2013

Secret Recipe for Wedding Preparation #1




































Seperti wisuda, kelahiran anak, dan resign dari tempat kerja (loh?), momen pernikahan sangatlah penting dan superdupermendebarkan!
Jangankan bagi mereka yang mengurus semua tetek bengek-nya sendiri.
Gw yang cuma mengurusi keperluan diri sendiri saja udah kelimpungan setengah mati!

Beberapa bulan yang lalu, sebagai seorang bride-to-be, gw sering menyebut acara pernikahan ini sebagai Freak Show in Reality or Family Circus.
Everyone's mad here.. Apalagi kalau sedang rapat pernikahan.. Fuh~
Padahal, gw sudah membekali diri dengan membaca berbagai artikel dan buku tentang persiapan pernikahan. Tetap saja semuanya menjadi freak show.
Fiuh.. Okelah, kalau begitu sekarang saatnya membahas kegiatan apa saja yang harus dilakukan oleh bride-to-be.
Gw akan berusaha menyampaikannya secara sistematis (ingat, 'akan berusaha' loh, yah..).
Dan gw ditemani panduan dari Herlina P. Dewi dalam bukunya "Wedding Checklist" (yang gw beli sekitar tahun 2010-an) dalam menulis postingan ini.
Okey.. Let's begin!

I. From The Engagement
Bermula dari chaotic period di Agustus 2012.
Di bulan Ramadhan penuh berkah itu, gw dikejutkan luar biasa dengan surprise dari pacal.
Awalnya hanya rencana meluangkan waktu untuk berbuka puasa bersama di kota Bogor tercinta, di suatu restoran pasta & pancake favorit kami sejak 2008..

Owh, tapi ternyata.. Acara buka puasa itu adalah decoy semata..
Aslinya...
Si Pacal mau melamar.. (di depan para pengunjung resto ituh..)!
Haduh.. Ternyata Si Pacal sudah merencanakan acara ini sejak beberapa waktu sebelumnya.
Dan turut melibatkan Shippo + Raja! Wheeweweweewewww..






Momen ini sangat membahagiakan.. Tipe-tipe bahagia yang bikin keringet dingin gitu..
Bahkan sensasinya bisa dibilang melebihi prosesi akad nikah atau resepsi..
Soalnya kita GA NYANGKA!
Setelah pertunangan secara pribadi itu, seperti orang lain pada umumnya, pertunangan diresmikan melalui acara lamaran yang dihadiri oleh keluarga besar.

Yang kocak adalah, ortu gw dengan semena-mena sudah menentukan (dan mencari) tanggal PLUS lokasi pernikahan (SEBELUM acara pertunangan resmi diadakan).
Sah-sah aja, siih.. Tapi koq bisa yakin bin PD banget gitu, yak?

Kalian para bride-to-be juga boleh melakukan tindakan proaktif tersebut.
Carilah lokasi dan tentukan tanggal pernikahan segera setelah kalian dilamar oleh Sang Pacal.
Bagi mereka yang memegang erat budaya, biasanya tanggal pernikahan ditentukan setelah "dihitung-hitung" waktu baiknya.
Tapi, bagi calon manten yang tinggal di kota besar, agak sulit melakukan "hitung-hitung hari baik".
Pasalnya, calon manten terpaksa mencocokkan jadwal pernikahan dengan jadwal kosong gedung yang diinginkan.





Setelah berhasil mendapatkan lokasi yang kalian inginkan (beruntunglah kalian yang mengadakan acara di rumah), segera bentuklah panitia pelaksana.
Waktu acara gw, panitianya terdiri atas semua oom, tante, dan sepupu yang tinggal di Jabodetabek.
Dan kebetulan bonyok saat itu sudah full time tinggal di rumah. Jadi mereka bisa fokus mengurus acara pernikahan.

Kami berniat menghemat biaya dengan tidak menggunakan jasa wedding planner atau wedding organizer (WO). Jasa WO akan sangat bermanfaat bagi kalian yang tidak sanggup mengatur semua pernak-pernik acara sendirian.
Namun, hal yang perlu diingat adalah kesiapan mental kalian untuk mengatur komunikasi yang baik antara DIRI SENDIRI - ORTU - WO - VENDOR - LOKASI.
Belum lagi kalau kalian ikut menyertakan oom/tante sebagai penasihat acara.
Kalian, para bride/groom-to-be, harus bisa mencegah miskomunikasi antara semua pihak agar ga terjadi chaos saat hari H. Pusing, kan..?

Topik berikutnya adalah tentang mengatasi wedding jitter dan menentukan konsep acara.
Topik yang ini diresapi dulu, okeh?