Sunday, December 20, 2009

The Magical World and Myself























Well, well..What a good timing!
Kali inilah gw mengulangi El Laberinto Del Fauno, dengan hati dan pikiran yang lebih terbuka.
Pesan-pesan yang dikirimkan via movie garapan Guillermo del Toro ini patut dijadikan bahan mengheningkan cipta di malam berharga.

Ide brilian dari del Toro entah datang darimana.
Hari ini gw merasa film ini sengaja dibuat untuk orang-orang seperti gw (hahah..jangan bilang gw kegedean rasa)..

Mungkin sebaiknya ga usah dijabarkan lagi bagaimana plot ceritanya.
Yang jelas, del Toro memperoleh ide cemerlang dengan menempatkan dunia mimpi tepat di sebelah kenyataan yang luar biasa pahit.
Ofelia, si Gadis Pemimpi, dihadapkan dengan kenyataan pahit dimana ia dan ibunya yang hamil tua harus tinggal di pegunungan yang sedang bergejolak karena pertarungan antara pemerintah Spanyol dengan para pemberontak (sekitar tahun 1944).

Ofelia sedang didatangi peri saat di luar jendela ayah tirinya sedang membacoki pemburu yang disangka gerilyawan (sampai mati).
Betapa ironisnya hal tersebut..

Ibu Ofelia yang patah arang sejak ditinggal mati suaminya, menyerahkan diri seutuhnya pada Kapten Vidal yang kejam. Itu karena ibu Ofelia telah memalingkan wajah dari impian dan harapan.
Dia tak percaya dongeng, sihir dan khayalan.
Hingga hidupnya menyedihkan dan bergantung pada orang lain.
Hingga akhirnya ia mati mengenaskan saat melahirkan anak dari pria yang sebenarnya tak pantas dinikahi.

Ofelia yang percaya sepenuh hati terhadap hal-hal ajaib ternyata sempat berhasil menolong ibunya dengan menggunakan akar Mandrake.
Tapi, ibunya yang kelelahan menghadapi kenyataan malah berkata,”Ofelia! Dongeng itu tak nyata! Tak ada yang namanya sihir di dunia ini. Dunia ini kejam, dan kau harus belajar mengenai hal itu. Meskipun kenyataan itu menyakitkan.”

Untungnya, Ofelia tetap percaya pada impian dan pada faun penjaganya.
Hingga akhirnya ia berhasil kembali ke kerajaan bawah tanah, meskipun mesti membuang kehidupannya di dunia fana.

















Hiiyyh..Ini monster yang muncul di salah satu adegan paling mengerikan dalam Pan's Labyrinth. Tapi moral yang bisa diambil dari adegan ini cukup bagus juga.



Sebagian diri gw yang sudah ingin menjadi orang dewasa membosankan akan mengatakan, “Bisa jadi Ofelia hanya mengalami delusi. Biasanya 7 hari sebelum meninggal orang akan melihat hal-hal yang ‘tak biasa’.”
Yah, benar juga memang.
Bisa jadi gambaran saat Ofelia kembali ke kerajaan adalah simbol bahwa ia mengalami kematian yang damai dan akhirnya masuk surga.

Nah, yang manakah yang harus gw percayai?
Kalo gw memilih menjadi seperti Ofelia, gw mungkin akan dipandangi orang dengan tatapan aneh.
Masyarakat ini tak bisa menerima orang pemimpi, sayangnya.
Teman-teman gw ga terbiasa bergaul dengan orang yang kakinya ga menginjak bumi dan pikirannya melayang di Andromeda.

Tapi mungkin, gw akan memandang dunia dari paradigma yang lebih menyenangkan jika tak membuang jiwa penuh impian..
Mungkinkah?
Selama ini gw hanya menjadikan mimpi, imajinasi dan kisah-kisah ajaib sebagai pelarian dari dunia nyata. Sebagai obat saat gw letih menghadapi orang-orang yang tak percaya mimpi.

Sekarang ini justru gw ingin lebih menghargai imajinasi dan keajaiban.
Karena jadi dewasa bukan berarti selalu membuang impian.
Setidaknya, gw bukan orang dewasa yang seperti itu.

Terima kasih tak terhingga gw haturkan untuk seniman imajinatif seperti Guillermo del Toro, Andersen, Mr. Dickens, Mr. Stroud, Mr. Gaiman, sejuta musisi ajaib dan tentu saja Olivia Lufkin tercinta.

Dan terima kasih paling besar gw ucapkan untuk partner suka-duka gw, yang ga pernah malu punya pacar pemimpi yang suka bengong sendiri.
Muchas gracias..

...Apa?
Bagaimana jika akhirnya gw terjebak dalam kenyataan pahit bahwa dunia itu kejam?
Gampang..
Gw akan memanggil Peter Pan dan memintanya menculik gw untuk dibawa ke Neverland.
Dan tak akan minta kembali lagi ke dunia..




Owh, btw.. Coba KLIK DI SINI sebentaarr aja..
Baca artikelnya, dan gw ingin tahu apa yang muncul di pikiran loe semua..

Inilah contoh manusia yang mengenaskan..
Kalo gw siy, jujur aja..

Sedikit iba terhadap si Fulan yang menulis artikel tak berbobot itu.

Tapi, seandainya memang ternyata dia yang benar, gw ga menyesal memilih jalan yang salah.
























Well..
Happy Birthday, Myself..

Jadilah orang yang selalu percaya keajaiban..

No comments: