Wednesday, March 4, 2009

About Alice Sebold and Her Lovely Bones.























Seperti apakah imajinasimu tentang kematian dan alam sana?
Karena gw belum pernah wafat, tentu saja gw ga bisa memaparkannya dengan benar…


Tapi, Alice Sebold memaparkan dunia sana dengan indah, sekaligus sangat hampa. Semua itu dituangkannya dalam novel The Lovely Bones.
Novel yang dibuat tahun 2002 ini baru berhasil gw baca di bulan Juni tahun 2008. Dan kemarin-kemarin gw ga menulis review-nya karena gw belum bisa menghayati apa makna tersembunyi dari cerita tersebut..
Karena memang kematian bukanlah suatu hal yang mudah dipahami..

Susie Salmon, berusia 14 tahun saat dibunuh oleh tetangganya. Dibunuhnya pun dengan cara yang tak biasa. Setelah diperkosa oleh tetangganya yang pedofilia Susie dimutilasi, dan kemudian potongan mayatnya dibuang ke tempat penumpukkan barang bekas..
Kalo gw yang mati dengan cara seperti itu, tentu gw akan jadi hantu bengis yang membalas dendam ke semua mahkluk yang masih hidup dengan cara muncul dari TV..


Tapi, Susie menerima kematiannya dengan lapang dada, yang tergambar dengan jelas dalam kalimat-kalimatnya yang datar.
Contohnya, “Pembunuhku lebih menyukai pupuk kuno seperti misalnya kulit telur dan serbuk gilingan kopi yang katanya selalu dipakai ibunya”.

Atau seperti ucapan Susie yang lain, “Saat itu aku masih sangat hidup. Kupikir itu adalah hal paling buruk di dunia, berbaring telentang dengan seorang laki-laki berpeluh di atasku. Terjebak di bawah tanah sementara tak seorang pun tahu di mana aku berada.
Aku memikirkan ibuku.
Ibuku pasti mengamati jarum jam di ovennya. Oven yang baru dan ia senang benda itu ada jamnya…”

Atau, “Mr. Botte (gurunya) juga datang ke upacara pemakamanku (boleh kutambahkan, hamper seluruh murid SMP turut hadir, aku belum pernah sepopuler itu), dan ia menangis.”

Dan yang paling penuh lapang dada, menurut gw adalah, “Namun, ketika anjing keluarga Gilbert menemukan siku lenganku tiga hari kemudian dan membawanya pulang dengan kulit jagung yang melekat padanya, sehingga menjadi petunjuk kuat, Mr. Harvey sudah menimbun ruangan itu..”

Entahlah…Mungkin orang yang sudah mati memang sudah tak punya emosi dan sudah merelakan semua yang terpaksa mereka tinggalkan di bumi.
Entahlah…






















Alice Sebold, sang pengarang..



Novel ini bercerita bagaiman Susie mengamati keluarganya terus berusaha untuk moving on setelah kepergiannya. Dan hal itu tidak terjadi dengan mulus, karena…

1. Susie melihat ibunya berselingkuh dengan detektif yang mengepalai proyek pencarian Susie.
(Kata Susie, “Aku tahu apa yang sedang terjadi. Amarahnya, rasa kehilangannya, dan putus asanya. Seluruh hidupnya yang hilang jatuh terlontar keluar ke atas atap, menyumbat seluruh dirinya. Ia membutuhkan Len untuk mengusir bayangan anak perempuannya yang sudah mati.”)

2. Susie melihat ayahnya depresi dan kemudian tertarik dengan ibu dari cinta pertama Susie.
3. Susie melihat cowo pertamanya mulai move on dan menyukai teman Susie.
4. Susie melihat adik cowonya tumbuh menjadi cowo yang introvert..
5. Tapi setidaknya, Susie senang melihat Lindsey, adik cewenya, tumbuh dewasa dan menemukan cinta sejati…

Dunia sesudah mati versi Alice Sebold begitu damai, penuh anjing-anjing yang bernyanyi, sekaligus juga dull. Dan katanya di akhirat tidak banyak omong kosong. Setiap hari, orang-orang yang telah meninggal menonton orang yang masih hidup dari atas sana..Selalu seperti itu..

Ga bosen apa??

Btw, ternyata The Lovely Bones ada movienya. Pemeran utama di film ini adalah Jack Salmon, ayah Susie, yang diperankan oleh Ryan Gosling. Dan juga Abigail, ibunya Susie, yang diperankan oleh Rachel Weisz. Kaya apa yah pilimnya? Ga kebayang gw.. Baca bukunya aja udah bikin seluruh hari menjadi kelabu..ckcckck..

No comments: