Saturday, June 18, 2011

Homemade Fairy Tales #1 : The Little Girl and Her Cottony Love

Ini adalah sebuah kisah sederhana mengenai cinta murni yang juga sederhana di antara seorang gadis dengan seekor kelinci putih yang mungil. Tidak, dongeng ini tidak terjadi di negeri antah berantah. Melainkan di sebuah negeri biasa, di dekat kalian hidup dengan bahagia.

Seperti yang kalian tahu, cinta dapat mengubah apa saja. Takdir sekalipun. Demikian pula halnya yang terjadi pada Si Gadis dan Kelinci Putih itu. Si Gadis merupakan seorang manusia yang berkarakter keras dan kaku, akibat cara pengasuhan yang kurang baik sewaktu ia masih kecil dahulu. Gadis ini mudah sekali merasa sedih dan depresi berlarut-larut. Hal ini membuat kekasihnya iba. Sehingga pada hari ulang tahun Si Gadis yang ke-20, kekasihnya memberikan suatu kejutan. Kejutan apakah itu?

Hari itu, saat Si Gadis pulang ke rumah, ia dikejutkan oleh keberadaan keranjang kecil berwarna biru muda di kamarnya. Si Gadis lebih terkejut lagi saat melongok ke dalam keranjang itu. Di dalamnya ada segumpal kecil kapas putih. Dan ternyata gumpalan itu bisa bergerak-gerak! Dan juga memiliki mata yang besar dan melotot! Si Gadis melawan rasa takutnya, dan membuka tutup keranjang biru muda itu. Dan..

Seekor kelinci mungil, hanya seukuran telapak tangan gadis muda, menjulurkan kaki depannya ke tepian keranjang dan menatap calon ibu barunya. Si Gadis hampir tersedak karena kaget bercampur rasa bahagia yang meluap-luap. Sudah sejak lama ia memimpikan memiliki seekor kelinci, terutama kelinci dari ras unik ini. Ternyata setelah dilihat dengan seksama, efek mata melotot dari kelinci tersebut adalah akibat keberadaan segaris sempurna eyeliner alami di tepian mata kirinya. Ya, eyeliner itu hanya membingkai sebelah mata Si Kelinci Putih. Hal ini menyebabkan Si Kelinci Putih tampak memiliki dua kepribadian yang bertolak belakang, karena mata kanannya (irisnya berwarna biru muda) yang tanpa eyeliner itu terlihat sangat sendu. Tanpa banyak membuang waktu dan plot dongeng, langsung saja Si Gadis jatuh cinta setengah mati pada kelinci mungil itu, yang ternyata adalah kelinci jantan.

Namun, tidak ada hubungan cinta yang tanpa cobaan. Pada hari-hari pertama dalam hubungan mereka, Si Kelinci Putih membuat panik Si Gadis akibat kaki belakangnya yang sering melemah secara mendadak. Hal ini membuat lompatan Si Kelinci Putih menjadi mirip gerakan berenang ala katak. Dan ternyata, gejala ini akan kambuh berulang kali sepanjang hidup Si Kelinci Putih, hingga pada suatu masa ketika usia si Kelinci Putih mencapai 2 tahun, kelemahan otot kaki belakangnya menjadi permanen. Namun layaknya seorang ksatria yang berharga diri tinggi, Si Kelinci Putih tidak pernah merisaukan rasa aneh pada kaki belakangnya tersebut. Atau jika ia memang risau, Si Kelinci Putih tak pernah menunjukkannya pada Si Gadis.

Sebulan setelah pindah ke hati Si Gadis, kelinci mungil tersebut kembali membuat kepanikan dalam hidup Si Gadis. Secara mendadak, pada suatu malam ketika sedang bermain di bawah tempat tidur Si Gadis, kelinci mungil itu terserang diare yang sangat parah. Waktu itu usianya sekitar 2,5 bulan. Si Gadis langsung panik, karena ia mengetahui bahaya diare pada kelinci berusia muda. Setelah Si Kelinci Putih didiagnosa menderita koksidiosis oleh dokter hewan, Si Gadis dan kekasihnya segera mengupayakan segala terapi yang dicantumkan pada buku dan media informasi lainnya yang tersedia pada zaman itu.

Namun selama hampir 2 minggu, Si Kelinci Putih tak kunjung sembuh juga. Si Gadis yang kelelahan merawatnya mulai menjadi pesimis. Perasaannya sungguh bercampur aduk. Ia tak ingin kehilangan kesayangannya, namun ia juga tak tega mendengar bunyi gesekan gigi Si Kelinci Putih (selama 2 minggu) yang menandakan perut kelinci itu sedang sangat nyeri.

Entah mengapa, suatu hari Si Gadis sudah bersiap-siap menyerah. Ia bahkan sempat mengucapkan selamat tinggal dan permohonan maaf karena tidak bisa memberikan perawatan maksimal kepada Si Kelinci Putih. Kemudian, Si Gadis menjemur kelinci itu beserta kandangnya di halaman rumput, yang rutin dilakukannya setiap hari sejak Si Kelinci Putih menderita koksidiosis. Tanpa disadarinya, ternyata pintu kandang kelinci sedikit terbuka. Pada saat Si Gadis berniat memeriksa keadaan Si Kelinci Putih, ia sangat terkejut saat mendapati kandang itu ternyata kosong!

Si Gadis langsung panik dan mencari-cari kelincinya. Tiba-tiba ekor mata Si Gadis menangkap sekelebatan warna putih di sisi kanan halaman. Dan seketika Si Gadis melihat Si Kelinci Putih berniat melompat ke halaman tetangga! Si Gadis segera berlari dan berusaha menangkap kelincinya. Adegan ini sangat pantas menjadi parodi adegan Alice mengejar Kelinci Putih. Untungnya, saat Si Gadis memanggil namanya, Si Kelinci Putih berhenti berlari. Segera saja Si Gadis menggendongnya dan membawa kelincinya kembali ke rumah. Kejadian ini membuat Si Gadis sadar bahwa ia tak pernah siap kehilangan kesayangannya. Dengan segala pertolongan Tuhan dan kekasih Si Gadis yang mencetuskan ide untuk memberikan karbon aktif, akhirnya Si Kelinci Putih kembali nakal seperti sedia kala.










Setelah memelihara beberapa kelinci lainnya, Si Gadis menyadari bahwa Si Kelinci Putih adalah seekor kelinci yang memiliki hati besar dan penuh dengan cinta. Jangan salah paham, Si Gadis tentu saja mencintai semua kelincinya. Namun, karakter Si Kelinci Putih sungguh berbeda dengan para mahkluk berekor kapas lainnya. Si Gadis sering merasa memiliki kucing, anjing dan kelinci sekaligus dalam satu sosok mungil berwarna putih itu. Seperti kucing, Si Kelinci Putih luar biasa manja dan terobsesi pada kaki manusia. Apabila Si Gadis sedang duduk di kursi, Si Kelinci Putih pasti mendekatinya dan meminta agar tubuhnya digosok-gosok dengan kaki Si Gadis. Meskipun tentunya dia lebih senang jika dibelai dengan tangan Si Gadis. Namun, layaknya seekor anjing yang penuh pengertian dan mengagumi pemiliknya secara total, si Kelinci Putih mengerti jika Si Gadis sedang memegang selembar kertas, berarti ia tidak bisa diganggu dan selanjutnya, dengan berbesar hati Si Kelinci Putih akan menyibukkan diri menjelajahi kamar Si Gadis yang penuh misteri (bagi Si Kelinci Putih dan Ibu Si Gadis).

Memang butuh waktu sekitar setahun, hingga Si Kelinci Putih mau mendatangi jika namanya dipanggil. Namun, hanya butuh seminggu untuk mengetahui bahwa kelinci putih jantan ini sangat mencintai “ibu angkatnya”. Tak peduli sedang lelah atau betapa panasnya udara kamar, Si Kelinci Putih mengungkapkan rasa cintanya yang berukuran raksasa dengan berlari-lari mengelilingi tubuh Si Gadis. Suatu hari Si Gadis iseng menghitung, ternyata dalam satu waktu Si Kelinci Putih dapat berputar sebanyak 30 kali putaran! Luar biasa untuk mahkluk yang sangat kecil!

Seiring berjalannya waktu, rasa cinta di antara mereka semakin tumbuh besar dan besaarr! Si Gadis selalu menganggap Si Kelinci Putih sebagai sahabat sekaligus “anak”-nya. Namun sayangnya, pada suatu periode yang sangat sibuk, Si Gadis terpaksa menitipkan Si Kelinci Putih pada keluarganya yang tinggal di kota tetangga. Hal ini menyebabkan pertemuan di antara mereka hanya dapat terjadi sekali dalam satu atau dua minggu. Di saat pertemuan yang jarang namun sangat berharga inilah, Si Gadis memandikan Si Kelinci Putih satu bulan sekali secara rutin. Terutama setelah Si Kelinci Putih melewati usia 2 tahun, karena pada saat itu Si Kelinci Putih telah mengidap penyakit radang saluran kemih, kelemahan otot kaki belakang disertai dengan maloklusi gigi seri atas dan bawahnya.

Pernah suatu hari, saat Si Gadis baru tiba ke rumah orangtuanya, Si Kelinci Putih yang baru dibukakan pintu kandang langsung melompat ke pelukan Si Gadis dan berdiam diri di sana selama hampir 20 menit. Hari itulah yang menyadarkan Si Gadis, bahwa memeluk kesayangannya ini sungguh terasa benar, alami dan sangat fitrah. Sejak hari itu, saat Si Gadis berkesempatan pulang ke rumah orangtuanya, ia pasti langsung menuju ke kandang Si Kelinci Putih, menyapanya dan kemudian langsung memeluknya sambil bergulingan di lantai. Seringkali sambil menumpahkan semua kesedihan yang telah lama ditahannya, di dalam pelukan dan tatapan ramah Si Kelinci Putih. Dan seringkali mereka berpelukan dalam posisi yang aneh, seperti menungging di lantai, dalam waktu yang cukup lama.

Si Kelinci Putih entah mengapa tak pernah memberontak atau menunjukkan keinginan untuk melepaskan diri dari pelukan menyesakkan dan banjir air mata Si Gadis. Umumnya, mahkluk ekor kapas adalah mahkluk yang membutuhkan banjir rasa sayang dari pemiliknya, namun mereka sedikit gengsi untuk menunjukkan rasa sayang mereka kepada pemiliknya. Namun, Si Kelinci Putih tak pernah malu menunjukkan kasih sayangnya untuk Si Gadis yang terkadang sangat rapuh. Kasih sayang dari mahkluk ekor kapas yang spesial ini membawa cukup banyak perubahan sikap pada Si Gadis. Ia menjadi seorang manusia yang lebih penyayang, ekspresif dan mulai dapat mengenyahkan rasa tertekan yang kerap kali berlebihan itu.

Pelajaran berharga lain yang dapat diambil dari Si Kelinci Putih yaitu, ia sama sekali tak pernah mengeluh dan menyerah meskipun berbagai penyakit menggerogoti dirinya. Ia menerima keanehan pada kaki belakangnya yang tiba-tiba tidak bisa diajak bekerja sama. Ia tetap bisa menggaruk wajah hingga telinga kecilnya dengan kaki belakang itu, bahkan ia masih bersemangat untuk proses perkawinan yang mengutamakan kekuatan kaki belakang! Si Kelinci Putih juga langsung menyukai ramuan herbal yang setiap hari diminumkan untuk mengurangi peradangan pada kantung kemihnya. Dan yang paling hebat adalah, ia masih bertahan menjalani proses pemotongan gigi tiap sebulan sekali. Meskipun ia menerimanya dengan agak berat hati.

















Si Gadis seringkali merasa sedih melihat begitu banyak penyakit yang diderita oleh kecintaannya tersebut. Namun, rasa iba itu dengan segera berubah menjadi rasa kagum dan haru saat menyadari Si Kelinci Putih tampak tak pernah merisaukan betapa penuh perjuangan proses urinasinya. Tampaknya, Si Kelinci Putih hanya sedih memikirkan betapa berminyaknya rambut putih di seluruh tubuhnya saat gigi serinya sudah tumbuh panjang dan menjadi sulit untuk melakukan kegiatan mandi harian. Si Kelinci Putih sepertinya tak suka jika tidak tampil menawan di depan kelinci betina yang cantik-cantik itu.
















Hingga kini, Si Gadis selalu mengingat upaya Si Kelinci Putih untuk berbesar hati menerima dan menjalani hari-hari yang tidak sempurna akibat berbagai penyakitnya. Si Gadis selalu bertanya-tanya, di manakah Si Kelinci Putih menyimpan hati dan nyali yang begitu besar dalam tubuh mungilnya itu?

Si Gadis juga menyadari, betapa pertemuan mereka tetap akan berakhir suatu hari nanti. Hatinya selalu bergetar jika membayangkan hari itu akan tiba. Namun, sembari mengingat kesabaran Si Kelinci Putih yang luar biasa, Si Gadis berhasil menenangkan dirinya dan kembali fokus kepada masa yang sedang dijalani saat ini. Si Gadis berusaha menunjukkan cintanya setiap hari dan setiap menit kepada Si Kelinci Putih, sehingga tidak ada penyesalan yang muncul jika hari perpisahan itu tiba. Si Gadis meyakini sepenuh hati, bahwa Si Kelinci Putih mengetahui rasa cinta Si Gadis kepadanya sama besar dengan cinta yang telah diberikannya.

Yah, pada akhirnya kisah cinta sederhana ini tidak akan bertepuk sebelah tangan. Itu sudah termasuk dalam akhir yang bahagia, bukan?












With the deepest love,

Twinkle & me.