Friday, April 13, 2012

'Til The Earth Becomes Square

Saya mendapati banyak teman-teman yang mengultimatum impiannya.
Misalnya dengan kata-kata, "Saya akan mengusahakan impian ini sampai umur sekian, atau tahun sekian. Kalau tak berhasil, saya akan melupakannya dan mencari pelarian lain."

Sangat dipahami bahwa pikiran demikian muncul akibat tekanan yang hebat dari lingkungan (misalnya dihadapkan dengan perkataan, "Sampai kapan kamu mau mengejar impian yang tidak serius itu?").
Kalau bukan, siapalah orang yang mau membuang impiannya?


Sisi baik dari ultimatum tersebut adalah:
1. Kita bisa sedikit lega karena berhasil bernegosiasi atau tawar menawar dengan impian kita sendiri.
2. Ultimatum itu pasti akan menenangkan subjek yang memberikan tekanan.
3. Ini yang paling menguntungkan. Kita bisa menyalahkan orang lain apabila suatu hari di hari tua nanti kita merindukan impian tersebut. Maksudnya, kita bisa berdalih, "Ah, 'kan waktu itu saya ditekan oleh orangtua saya untuk bekerja dengan benar (a.k.a pegawai)."


Sisi buruk dari ultimatum tersebut, yakni:
1. Kehilangan kepercayaan diri.
2. Jadi orang yang murung, sinis, dan pesimis sepanjang sisa hidup.
3. Hidup bersama penyesalan.
4. Selalu menyalahkan bahkan mendendam pada orang yang mengakibatkan kita meninggalkan impian tersebut.

Well, demikian hipotesis singkat saya.
Saya bisa membedakan raut wajah orang yang terus memperjuangkan impiannya dengan orang yang sudah putus asa.


Jadi, bagaimana denganmu?
Akan jadi orang yang manakah?
Saya insyallah menjadi orang yang terus memperjuangkan impian, sampai mati.

4 comments:

kiraDS said...

sampai mati.
amin,

Pratiwi Kusumaningtyas said...

Amenn..

kiraDS said...

http://halfhalf.posterous.com/dont-work-be-hated-love-someone

ini keren.

Pratiwi Kusumaningtyas said...

inyah, baguuushh....*jempol