“Kebencianku bukan terhadap pecinta kebenaran, melainkan pada kebenaran itu sendiri.”
“Bantuan apa, penghiburan macam apa yang terkandung dalam kebenaran, jika dibandingkan dengan dongeng?”
“Apa gunanya kebenaran, pada tengah malam, dalam kegelapan, ketika angin meraung seperti beruang dalam cerobong asap?”
“Ketika kilat menerangkan bayang-bayang di dinding kamar tidur dan hujan mengetuk-ngetuk jendela dengan kuku-kukunya yang panjang?”
“Tidak.”
“Ketika perasaan takut dan dingin membekukanmumenjadi patung di tempat tidur, jangan berharap kebenaran dengan tulangnya yang keras berbungkus kulit akan datang menolongmu.”
“Karena, yang kaubutuhkan adalah kenyamanan sebuah dongeng.”
“Dusta yang memberikan perasaan aman yang membuai dan menenangkan.. “
By : Vida Winter dalam The 13th Tale.
Ada kata-kata klise, “Kebenaran itu menyakitkan” (atau kebenaran itu pahit, asam, etc..).
Dalam kalimat-kalimat panjang di atas, secara gamblang Vida Winter menyatakan bahwa kebenaran itu dingin, kejam, dan tanpa welas asih..
(Dan ada slogan yang menyatakan bahwa “Kebenaran tidak memihak”).
Dan dalam kalimat-kalimat panjang di atas, secara tersirat Vida Winter menyatakan bahwa ia ingin berpihak pada ketidaknyataan, yang dituangkan dalam dongeng.
Yah, karena itulah dia menjadi penulis dongeng.
Dalam kalimat-kalimat panjang di atas, secara tersembunyi dan malu-malu, Vida Winter mempertaruhkan pekerjaannya sebagai penulis dongeng.
Mengapa?
Karena dia menyatakan dengan jelas bahwa dongeng adalah “dusta” (yang manis, yang indah)..
Berarti dia menghidupi dirinya sendiri dengan menjadi pendusta.
...............
Tapi, apakah orang-orang yang ingin menjaga kemurnian jiwanya dengan mengubur diri dalam tumpukkan dusta berkedok dongeng adalah orang bodoh yang mau saja ditipu oleh pendusta?
No comments:
Post a Comment