Kisah ini dimulai berabad-abad yang lalu, di wilayah Celtic yang kini kita kenal sebagai Kepulauan Irlandia dan Britania.
Suatu hari, Math (Mathonwy) dan Gwydion memberikan kejutan bagi keponakan Gwydion, Lleu (Llew Llaw Gyffes).
Kejutan apakah itu?
Semua ini diawali dengan pernyataan ibunda Lleu, Arianrhod, yang telah mengutuk anaknya.
Menyatakan bahwa Lleu tak bisa menikah dengan manusia yang hidup tak selamanya.
Karena itulah Math dan Gwydion berusaha keras membuat jampi dan mantra.
Untuk apa?
Tentu untuk membuatkan istri bagi keponakan tercinta.
Pilihan Math dan Gwydion jatuh pada bunga pohon ek, broom, dan meadowsweet sebagai bahan baku pembuat istri Lleu. Tak lama sebuah mahakarya menampakkan wujudnya.
Mata Lleu terpana memandangi mahakarya Gwydion & Math.
Mahakarya itu sangat cantik (tipe kecantikan yang mistis dan agung, tentunya).
Mahakarya itu pun diberi nama.
Blodeuedd adalah nama yang sempurna untuknya.
Nama itu bermakna “lahir dari bunga” atau “wanita berwajah bunga”.
Tentu saja Lleu jatuh cinta, dan hidup berbahagia dan menikah dengannya.
Tapi tentu saja jarang ada kata “selamanya” dalam bahagia.
Suatu hari Lord of Penllyn yang bernama Goronwy pergi berburu di hutan tempat pasangan muda itu tinggal. Goronwy kehabisan perbekalannya, padahal dia sungguh-sungguh merasa haus dan lapar. Hal ini mendorongnya untuk pergi ke salah satu rumah mungil penduduk desa, dengan maksud meminta sedikit makanan dan minuman.
Takdir telah memutuskan, nasib telah ditentukan.
Entah mengapa Goronwy memilih rumah itu. Rumah Lleu dan Blodeuedd.
Entah mengapa hari itu Lleu tak ada di rumahnya.
Seperti semua orang yang terpana dengan keagungan Blodeuedd, Goronwy juga sama saja.
Goronwy tak pernah jatuh cinta sebelumnya.
Goronwy tak pernah terpana melihat kecantikan wanita mana pun, yang baginya semua berwajah sama saja.
Tapi Goronwy jatuh cinta dengan Blodeuedd.
Tapi Blodeuedd juga merasakan debaran yang berbeda.
Tak sama dengan debaran yang ada saat ia menatap suaminya.
Blodeuedd juga jatuh cinta.
Setan-setan di rumah kecil itu kemudian berkumpul.
Bersama-sama memasuki kepala dan hati dua orang yang terjebak dosa itu.
Meracuni tiap tetes darah mereka dengan nafsu yang salah.
Blodeuedd dan Goronwy telah sepakat.
Sepakat untuk apakah?
Mereka akan membunuh Lleu!
Walaupun Bloedeudd tahu, bahwa Lleu tak mudah dibunuh.
Dia hanya bisa dibunuh saat berdiri dengan satu kaki menginjak punggung kambing, sedangkan kaki yang lain berada di tepi bak mandi. Dia hanya dapat dibunuh dengan tombak yang dibuat setahun penuh. Sungguh sulit menanti saat-saat yang tepat untuk pembunuhan Lleu.
Namun, takdir telah menyetujui rencana mereka.
Tibalah saat itu, Blodeuedd dan Goronwy tak membuang-buang kesempatan mereka.
Saat tombak telah digenggam erat dan siap dilontarkan, Lleu sadar dan dengan rasa sakit hati dia berubah menjadi seekor elang.
Elang itu terbang tinggi menuju hutan, dengan luka di tubuhnya.
Dengan luka di hatinya.
Dan mungkin takkan pernah terlihat lagi.
Kejadian itu sampai ke telinga paman Lleu, Gwydion.
Menyesali kebusukan hati mahakaryanya, Gwydion dan Math dengan mudah membalaskan dendam. Mereka mengubah Bloedeuedd menjadi burung hantu, yang hanya bangun di kegelapan malam.
Setelah itu, Gwydion pergi ke hutan untuk mencari keponakan tersayang.
Setelah pencarian melelahkan, elang yang sebenarnya adalah Lleu berhasil ditemukan.
Ditemukan dalam keadaan lapar, penuh luka, dan patah hati.
Gwydion perlu bekerja keras untuk menyembuhkan semuanya.
Dan mungkin setelah itu, mereka bisa hidup bahagia selamanya.
Blodeuwedd copyright by Jessica Galbreth, Enchanted Art
No comments:
Post a Comment