Hari ini..
Gw baru buka-buka blog lama di FS..
Dan kemudian gw menemukan puisi sederhana ini..
Dan kemudian gw menemukan puisi sederhana ini..
Wheeew..
Ternyata gaya bahasa gw udah berubah lumayan banyak sejak dulu..
[rasanya gw yang dulu itu sering banget meledak-ledak (sering terlalu temperamental)]..
Ataukah gw yang sekarang menjadi terlalu datar?
Entahlah..Mungkin ini tanda penuaan diri..
Okey, selamat membaca puisi lama ini...
Yang sudah di-remake sedikit..
Little Difference of Us
Aku sudah membuat daftar “yang harus aku lakukan” :
Merencanakan sesering mungkin bertemu cinta sejatiku..
Memikirkan tujuan wisata kuliner untuk weekend ini..
Membayangkan sebesar apa rumah masa depan nanti..
Online hampir setiap jam..Tanpa tujuan yang cukup jelas..
Berdoa agar diberikan niat untuk mengerjakan laporan, atau belajar..
Mencari kostum indah yang gemerlapan..
Menjawab SMS dari ayah dan ibu…
Memohon agar ayah mau membelikan digital camera terbaru..
Mengaransemen lagu dan mampir ke coffee shop untuk membeli cheesecake brownies..
Membunuh waktu di kamar karaoke, hanya untuk melupakan amarah..
Dan dia.. Sedangkan dia..
Dia juga seusia denganku..
Banyak yang harus dia lakukan..
Dia harus memikirkan cara untuk mengembalikan uang yang dipinjam oleh ayahnya..
Dia harus mencari ayahnya yang kabur entah kemana..
Dia harus mengumpulkan uang agar adiknya bisa terus sekolah..
Agar ibunya bisa dibawa ke rumah sakit untuk diobati..
Pagi hari menjadi kuli di pasar..
Siang hari mencuci dan menyetrika baju di rumah tetangganya..
Sore hari dia harus menjajakan rokok atau mengamen dari satu bus ke bus yang lain..
Malam hari…Meski tak mau, ia harus merelakan dirinya yang berharga…
Meski tak mau, ia harus menahan tangis..
Meski tak sanggup, ia harus tetap hidup..
Karena hidup hanya sekali dan merupakan sebuah karunia..
Demi keluarganya yang tak sempurna..
Demi mempertahankan hidupnya yang sengsara..
Kenapa kau tak memilih kematian?
Hei, teman…Apakah kau punya impian?
Menurutmu, mengapa nasib kita begitu berbeda?
Menurutmu, mengapa kau yang menjadi kau dan aku yang menjadi aku?
Mengapa bukan aku yang berkelahi di tepian tjalan..?
Dan bukan kau yang tertidur di ruang kuliah?
Pernahkah kau membenciku?
Pernahkah kau membenci Tuhan dan meratapi nasib?
Sungguh aku merasa bodoh..
Bodoh karena pernah memilih mati hanya karena sakit hati..
Bodoh karena membuang uang demi menyembuhkan luka hati..
Mengapa waktu itu aku tak melihatmu?
Yang berjuang keras demi hidup..
Walaupun hidupmu tak indah dan tak nyaman..
Hei,teman..
Kita pernah saling berpandangan..
Walaupun dibatasi oleh kaca jendela mobilku..
Kita pernah saling menatap…
Walau dijauhkan oleh jurang dalam bernama perbedaan..
Lambat laun aku mengerti..
Bahwa kita memang sengaja ditakdirkan berbeda..
Agar hidupku bisa berguna untukmu..
2 comments:
bukan datar, tp mgkn makin bijak.,
tp klo untuk karya seni kadang bijak itu ga perlu dipakai untuk hasil yang fenomenal XD
hahahah..
Bener juga siy..tapi ga baik buat kesehatan jantung..
Post a Comment