Monday, November 2, 2009
Prince of Fools, a review
“Apa kalian pernah mendengar cerita tentang seorang oleh Brigand (penyamun dari Brigandia)? Mereka memukulinya hingga babak belur & merampas semua uangnya. Dia terdampar berkilo-kilo jauhnya dari rumah, sedangkan hari mulai gelap. Dia melihat seorang petani berdiri di gerbang rumah & minta dikasihani, memohon agar diberi tumpangan malam itu. Si petani kasihan kepadanya & bilang bahwa dia (pedagang malang itu) boleh tidur bersama babi-babinya. Si pedagang lantas terkejut. “Namun, bagaimana dengan baunya yang busuk?”, tanyanya. “Tenang saja”, kata si petani. “Nanti juga para babi akan terbiasa!”..
Sebastian Darke, si manusia-peri, adalah anak dari seorang pelawak hebat. Entah karena terpaksa atau kesadaran sendiri, Sebastian juga memutuskan untuk menjadi pelawak sepeninggal ayahnya. TAPI. Bahkan pelawak pun sebaiknya memiliki bakat (walau hanya 10%). Sayangnya, Sebastian sama sekali tak berbakat. Dia selalu lupa plot cerita lawakannya, dan entah kenapa intonasinya justru membuat lawakan menjadi garing..
Karena putus asa tak bisa mendapatkan job di kota asalnya, Jerabim, Sebastian memutuskan untuk mengelana dengan menyeret sahabat sekaligus peliharaannya, Max, Sang Buffalope (pelesetan dari buffalo)..
Max ini sudah menjadi peliharaan keluarga Sebastian sejak Sang Pelawak itu masih bayi.
Jadi, Max sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri.
Tak seperti buffalope pada umumnya, Max bisa bicara bahasa manusia, dan sangat judes. Mungkin pengaruh dari usianya yang sudah tak muda lagi..
Di tengah petualangan mereka, muncullah seorang prajurit kecil (kerdil, maksudnya) dari Golmira bernama Cornelius. Namanya memang berkebalikan 180 derajat dengan ukuran tubuhnya. Tapi, keberanian & jiwa ksatria Cornelius sebanding dengan namanya..
Jadilah mereka bertiga bahu-membahu menjalani petualangan pertama di kerajaan Keladon. Tujuan utama petualangan mereka adalah menjadikan Putri Kerin, putri mahkota Keladon, naik takhta untuk menggantikan pamannya, Septimus, yang kejam.
Meskipun dibilang kejam, kekejaman Septimus itu lebih condong ke sikap kejam yang menggelikan..
Seperti saat dia menginjak tangan prajurit (sampai keretek-keretek patah) yang melaporkan kedatangan Putri Kerin di istana dengan selamat. Padahal, Septimus sengaja mengirim penyamun-penyamun Brigandia untuk membunuh Putri Kerin yang sedang berpelesir..
Philip Caveney, pengarang Sebastian Darke..
Kisah epik tentang tiga sahabat ini, memang dibuat tanpa terlalu mencekam..
Justru banyak adegan konyol & percakapan bodoh di antara para tokohnya..
Meskipun masih belum selucu Bartimaeus Trilogy (sorry kalo selalu gw bandingkan dengan novel itu..hihi).
Yang ga gw duga adalah endingnya. Sangat menarik & tidak mengecewakan pembaca yang sudah sering membaca dongeng..
Seperti kata Cornelius ;
“Aku minta maaf, Temanku..Tetapi hanya dalam dongenglah semua cerita berakhir bahagia..”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment