Dulu.
Di suatu waktu yang tak begitu menguntungkan..
Saat sinar matahari gagal menjamah jendela hatiku..
Di penjara yang dipenuhi debu-debu penyesalan dan serpihan hati yang hancur..
Aku terduduk di dasar keputusasaan..
Lemah, dan tak berjiwa..
Sepertinya saat itu tubuhku tak bernyawa ..
Dengan tanganku yang terkulai lemah kucoba menyentuh debu-debu imajiner itu..
Namun kedua tanganku itu terbelenggu erat..
Kedua tanganku yang biasa kugunakan untuk melukiskan supernova..
Tanganku yang seharusnya membelai belahan jiwa yang berharga..
Belenggu itu mencengkeram pergelangan tanganku tanpa ragu..
Menembus kulit, fascia, otot, dan akhirnya tendon-tendonku..
Bahkan ia mulai menggores dan mengikis tulang putihku..
Siksaan ini terus terjadi secara konstan dan berkesinambungan..
Hingga di suatu titik balik, aku mulai menikmatinya..
Menikmati peranku sebagai korban dari siksaan cinta buta..
Menikmati rasa asin dari darah dan airmataku sendiri..
Luka ini menjadikanku kuat dan kebal luar biasa..
Terhadap rasa sakit, tentunya..
Walaupun sedikit menggerogoti rasa percaya diri..
Mereka bilang aku mulai kehilangan diriku..
Dan ahirnya aku terbangun..
Aku menengadah dan mendapati Sang Bulan sedang tersenyum kepadaku..
Ia memamerkan senyum kuningnya, mencoba menghapus lukaku..
Dan akhirnya kuberani bertanya..
Wahai kau yang memasang belenggu ini…
Pernahkah sedikit saja kau mengingatku?
Atau peduli terhadap rasa perih yang melumpuhkan syarafku..?
Syaraf yang berfungsi untuk mengekspresikan emosi diri..
Apakah cinta itu sungguh sesuram ini?
Apakah cinta itu begitu ingin menyakiti?
Mungkinkah cinta Anda semu?
…………………
Atau palsu?
No comments:
Post a Comment