Menginjak usia 5 tahun, aku lupa pada wajah ibuku.
Dan tak akrab dengan ayahku, karena dia terlalu kaku.
Bagaimana dengan kakakku?
Yah, sebagai bocah supel dia terlalu sibuk mengumpulkan teman.
Sekaligus "suruhan"..
Konon, aku sangat pendiam di kala itu.
Tak pernah bicara, apalagi tertawa.
Yang kumampu mungkin hanya terisak, baik di saat ramai maupun sepi..
Pada masa itu, temanku hanyalah buku.
Bagiku, buku adalah keajaiban yang luar biasa..
Sungguh aku berutang jiwa, pada manusia yang pertama kali menuangkan pikirannya..
Pada batu, daun, dinding, relief, maupun papyrus..
Mungkin masa kecil kuhabiskan dengan bicara kepada buku di dalam hati..
Karena cukup dengan begitu, Para Buku rasanya sudah memahami..
Rasa ingin tahu..
Rasa malu..
Rasa sedih..
Rasa bahagiaku..
Kini aku pun telah melupakan, kapan tepatnya menulis menjadi belahan jiwaku..
Buku beserta tulisannya adalah hal yang kucintai, bersama musik dan satwa..
Rasanya seperti mimpi, mengetahui bahwa Tuhan telah merencanakan diriku untuk menjadi pencipta salah satu keajaiban di muka bumi..
Meskipun tanggung jawabnya sangat berat..
Dan kemampuanku untuk membuat buku masih di bawah rata-rata..
Ingin rasanya terus berusaha, agar dapat membuat orang bahagia..
Hanya dengan membaca tulisanku saja..
With love,
H
No comments:
Post a Comment